Upacara Labuhan Merapi selalu digelar
masyarakat setempat dan Kesultanan Yogyakarta secara turun temurun tanpa
mengurangi muatan sakralnya. Labuhan ini hanya boleh dilaksanakan atas
perintah raja sebagai kepala pemerintahan, kepala kerajaan dan pemangku
adat. Upacara Labuan Merapi dipimpin oleh juru kunci yang ditunjuk
Keraton Yogyakarta.
Labuhan berasal dari kata 'labuh'
yang artinya persembahan. Upacara adat Keraton Yogyakarta ini merupakan
perwujudan doa persembahan kepada Tuhan atas rahmat dan anugerah yang
diberikan kepada karaton dan rakyatnya juga sebagai tanda penghormatan
bagi leluhur yang menjaga Gunung Merapi. Upacara puncak labuhan diadakan
di Gunung Merapi namun peyelenggaraan upacara adat ini juga biasanya
diselenggarakan di tempat lain seperti di Pantai Parangkusumo, Gunung
Lawu dan Kahyangan Dlepih.
Labuhan Merapi merupakan upacara adat
yang disakralkan masyarakat Yogyakarta dan sekitar Gunung Merapi.
Kesakralan upacara ini terletak pada pranata keraton yang harus
dilakukan secara khusus, khidmat dan tidak boleh dilakukan sembarang
orang. Pranata keraton merupakan manifestasi budaya yang bermakna membuang, menjatuhkan atau menghanyutkan benda-benda yang telah ditetapkan keraton agar sultan dan rakyatnya mendapatkan keselamatan.
Bagi warga Yogyakarta dan sekitar Gunung
Merapi, ketika upacara adat ini diselenggarakan, ribuan warga akan
berbondong-bondong menapaki setiap prosesi. Mereka berjalan mengiringi
para abdi keraton dengan membawa benda-benda labuhan untuk diserahkan
kepada leluhur mereka, yaitu Kyai Sapu Jagad.
Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destination/461/gunung-merapi-menikmati-keindahan-alam-yang-tertidur/article/181/upacara-adat-labuhan-merapi
Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destination/461/gunung-merapi-menikmati-keindahan-alam-yang-tertidur/article/181/upacara-adat-labuhan-merapi
0 komentar:
Posting Komentar