Selasa, 02 September 2014

MUSEUM BENTENG VREDEBURG


 

Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk memata-matai atau mengawasi pergerakan Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Museum ini memiliki luas kurang lebih 2100 meter persegi  mempunyai beberapa koleksi antara lain:
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, patung dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang mempunyai arti "Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 - 1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng Perdamaian".

JAM BUKA
Selasa - Jumat: 08.00 - 16.00 WIB
Jumat - Sabtu: 08.00 - 17.00 WIB
Hari Senin dan hari libur nasional, tutup.

TIKET MASUK
Dewasa: Rp.3.000,00
Anak-anak: Rp.1.000,00

 FASILITAS
- Perpustakaan
- Ruang Pertunjukan
- Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan dan Pertemuan
- Audio Visual & Ruang Belajar Kelompok
- Hotspot gratis
- Pemandu
- Ruang Tamu
- Mushola
- Kamar mandi
- Indische Koffie

Sumber: http://gudeg.net/id/directory/12/49/Museum-Benteng-Vredeburg-Yogyakarta.html#.VAW7evIs7Q0
 

KESENIAN JATHILAN

Jathilan adalah kesenian khas Yogyakarta yang dikenal juga sebagai Jaran Kepang atau Kuda Lumping Dengan anyaman bambu yang dibuat menyerupai kuda, Jathilan dipertunjukkan umumnya pada siang dan sore hari oleh sekelompok seniman yang terdiri dari penari dan penggamel (pemain gamelan).

Dahulu, Jathilan merupakan sebuah tarian ritual untuk memeanggil roh kuda dan meminta keamanan desa serta keberhasilan panen. Menurut perannya dalam masyarakat Jawa, kuda melambangkan kekuatan, kepatuhan, dan sikap pelayanan dari kelas pekerja. Hal inilah yang menginspirasi seluruh pertunjukan Jathilan yang menempatkan penari dengan kuda-kudaan sebagai pusat perhatian

Masyarakat lebih mengenal tarian ini sebagai sebuah tarian yang identik dengan unsur magis dan kesurupan. Pada tarian aslinya, para penari Jathilan menari secara terus-menerus sambil berputar-putar hingga salah satu dari mereka mengalami trance atau semacam kesurupan. Penari ini akan meraih apa saja yang ada di depannya, termasuk pecahan kaca, memakan rumput, mengupas kelapa dengan gigi dan adegan-adegan yang kelihatan tidak masuk akal lainnya. Penari mengunyah kaca seperti kudapan yang enak dan nikmat. Bagi sebagian penonton, adegan trance ini yang menjadi tontonan mengasyikkan. .

 Sumber : - http://dijogja.wordpress.com/2009/07/29/jathilan-seni-marjinal-di-tepi-jaman/


CANDI IJO

Candi Ijo merupakan candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut..Dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo  Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.

Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.


Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Terdapat lingga dan yoni pada candi utama, yang melambangkan kesuburan. Lambang tersebut hanya ada pada candi Hindu. 

Tiket masuk Candi Ijo dan Informasi pengunjung :
  • Tiket masuk Gratis atau sumbangan sukarela untuk biaya perawatan
  • Candi ini dapat dikunjungi pada 7:30-15:00 WIB
  • Kenakan sepatu kets atau sepatu yang nyaman karena Anda akan mendaki bukit .
  • Membawa air atau makanan ringan dan sun block karena warung jarang ditemukan .

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ijo/


CANDI RATU BOKO



Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana Ratu Boko Terletak di bukit Boko di atas ketinggian 195.75 DPL dengan luas sekitar 160.898 m2. Dengan koordinat 7.771°LS 110.491°BT persis berada di dusun Samberwatu (Desa Sambirejo) dan dusun Dawung (Desa Bokoharjo) kecamatan Prambanan, Kab Sleman, Provinsi Jogjakarta. Istana ratu Boko banyak di jumpai peninggalan arkeologi seperti gapura istana, ruang pembakaran, pemandian, dan arca.  Beberapa situs candi yang melingkari sekitar Istana ratu Boko tersebat di sisi selatan dan barat bukit, seperti candi Ijo, Candi Baron, dan Candi Miri.  Secara arkeologi, Istana Ratu Boko dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu istana sebelah bukit barat dan timur. Komplek yang berada di sebelah barat berupa jalan setapak, saluran air, kolam-kolam dan fragmen gerabah baik lokal maupun asing.

 Secara historis, diperkirakan istana ratu Boko ini merupakan peninggalan yang bercorak hindu dan budha yang di bangun sekitar abad ke 8 hingga ke 9 masehi. Tiket ke istana ratu Boko cukup murah, tiap orang hanya membayar sebesar Rp. 25.000,- (dewasa), dan anak-anak Rp. 10.000,- belum temasuk parkir.

Untuk mencapai Istana ratu Boko tidaklah sulit, apabila Petualang memulai dari arah Solo atau Klaten pastikan untuk sampai di candi Prambanan, lalu ke barat menuju pasar Prambanan. Setelah itu Petualang bergerak menuju selatan ke arah Piyungan. Sekitar 5 menit perjalanan, lihat penunjuk arah parkir candi Boko. Bagi yang melewati jogja bisa menuju arah timur dahulu ke arah Prambanan lalu sebelum sampai candi prambanan (pertigaan pasar Prambanan) silakan untuk belok kanan menuju piyungan. Kalau petualang hafal jalan jogja bisa juga langsung menerobos melewati Berbah.

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ratu-boko/

SENDRATARI RAMAYANA

Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta.

Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada Candi Prambanan. Seperti yang banyak diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat di candi Hindu tercantik mirip dengan cerita dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.

Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas.

Di Yogyakarta, terdapat dua tempat untuk menyaksikan Sendratari Ramayana. Pertama, di Purawisata Yogyakarta yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton Yogyakarta. Di tempat yang telah memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2002 setelah mementaskan sendratari setiap hari tanpa pernah absen selama 25 tahun tersebut. Tempat menonton lainnya adalah di Candi Prambanan, tempat cerita Ramayana yang asli terpahat di relief candinya.

Tiket
Rp 350.000 (VIP)
Rp 250.000 (Kelas spesial)
Rp 175.000 (Kelas 1)
Rp 100.000 (Kelas 2)
Pertunjukan mulai
Pk 19.30 - 21.30 WIB

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/ramayana-ballet/

UPACARA LABUHAN MERAPI

Upacara Labuhan Merapi selalu digelar masyarakat setempat dan Kesultanan Yogyakarta secara turun temurun tanpa mengurangi muatan sakralnya. Labuhan ini hanya boleh dilaksanakan atas perintah raja sebagai kepala pemerintahan, kepala kerajaan dan pemangku adat. Upacara Labuan Merapi dipimpin oleh juru kunci yang ditunjuk Keraton Yogyakarta. 

Labuhan berasal dari kata 'labuh' yang artinya persembahan. Upacara adat Keraton Yogyakarta ini merupakan perwujudan doa persembahan kepada Tuhan atas rahmat dan anugerah yang diberikan kepada karaton dan rakyatnya juga sebagai tanda penghormatan bagi leluhur yang menjaga Gunung Merapi. Upacara puncak labuhan diadakan di Gunung Merapi namun peyelenggaraan upacara adat ini juga biasanya diselenggarakan di tempat lain seperti di Pantai Parangkusumo, Gunung Lawu dan Kahyangan Dlepih.

Labuhan Merapi merupakan upacara adat yang disakralkan masyarakat Yogyakarta dan sekitar Gunung Merapi. Kesakralan upacara ini terletak pada pranata keraton yang harus dilakukan secara khusus, khidmat dan tidak boleh dilakukan sembarang orang. Pranata keraton merupakan manifestasi budaya yang bermakna membuangmenjatuhkan atau menghanyutkan benda-benda yang telah ditetapkan keraton agar sultan dan rakyatnya mendapatkan keselamatan.

Bagi warga Yogyakarta dan sekitar Gunung Merapi, ketika upacara adat ini diselenggarakan, ribuan warga akan berbondong-bondong menapaki setiap prosesi. Mereka berjalan mengiringi para abdi keraton dengan membawa benda-benda labuhan untuk diserahkan kepada leluhur mereka, yaitu Kyai Sapu Jagad.

Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destination/461/gunung-merapi-menikmati-keindahan-alam-yang-tertidur/article/181/upacara-adat-labuhan-merapi

Popular Posts

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

To get the latest update of me and my works

>> <<