Senin, 09 Mei 2016

MANAJEMEN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA : TAMANSARI

· Struktur Organisasi
1. Pimpinan Suaka Purbakala            : RM Bambang Prastari
2. Pimpinan Pengelola Lapangan      : Wiyono
3. Bagian Penjualan Tiket                   : Siti Nurani
Arida Irianti
4. Petugas Keamanan                         : Maryoto
                                                                 Topan
5. Petugas Penjaga Loket                   : Slamet Riyono
6. Petugas Kebersihan                        : Ridwan
                                                                 Wanto
                                                                Mulyono

· Jenis Atraksi yang Ditawarkan
1. Menyediakan tempat untuk proses shooting film (diperlukan ijin khusus).
2. Halaman depan bisa digunakan untuk menyelenggarakan berbagai event.
3. Dinner eksklusif.
4. Wedding party.

· Sasaran Pasar
Pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

· Target Jumlah Kunjungan
Pihak pengelola Tamansari tidak menerapkan target khusus dalam kunjungannya. Selama ini kunjungan wisatawan di Tamansari selalu meningkat setiap tahunnya. Terutama pada saat peak season.

· Waktu Penyelenggaraan
Open Hour : Senin-Minggu  08.00-15.00

· Amenitas dan Akses
Akses menuju Tamansari sangat mudah. Bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi maupun shuttle wisata yang telah tersedia. Amenitas yang ada di Tamansari terdapat toilet, lahan parkir, penjual makanan ringan dan souvenir khas Yogyakarta.

· Catatan Kritis
Daerah Tujuan Wisata Tamansari ini sudah sangat populer di Yogyakarta apalagi dari wisatawan luar kota maupun mancanegara, dengan begitu maka dapat di ketahui bahwa manajemen pengelolaan di Tamansari ini sudah baik. Namun menurut saya pengelolaan terhadap jumlah wisatawan yang masuk ke Tamansari ini kurang terkontrol apalagi dari narasumber sendiri menyebutkan bahwa tidak ada jumlah target kunjungan dan juga pembatasan jumlah wisatawan. Selain itu menurut saya akses menuju ke Tamansari kurang jelas dari segi papan penunjuk jalan.

Rabu, 09 Maret 2016

UPACARA MELASTI

     Mempelajari seni Indonesia berarti kita mempelajari kebudayaan Indonesia untuk mengetahui bagaimana bangsa Indonesia memandang dunia dan bagaimana sejarah perjanan hidup bangsa Indonesia itu sendiri.

     Salah satu cabang seni yaitu Seni Pertunjukan. Berhubung bulan Maret 2016 ini bertepatan dengan hari raya umat Hindu yaitu Nyepi, maka tema yang saya ambil adalah Seni pertunjukan upacara adat keagamaan, yaitu upacara Labuhan Melasti bagi umat agama Hindu di Indonesia.
     Sebelum hari raya nyepi bagi umat hindu pada 2 sampai 4 hari menjelang Nyepi, masyarakat Hindu melakukan ritual pensucian diri dan lingkungannya yang disebut Upacara Melasti.


     Upacara melasti atau melelasti dapat didefinisikan sebagai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan.

     Sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Karena itulah, upacara melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti tepi pantai atau tepi danau.

     Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan khidmat menuju laut. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum Ngrupuk, dilakukan nyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan.

    Adapun sifat ¬sifat buruk yang mesti dibuang adalah enam musuh atau Sad Ripu yaitu kama (nafsu biologis), lobha (rakus), krodha (kemarahan), madha (kemabukan), moha (kebingungan), dan matsarya (iri dengki).

     Di Provinsi Yogyakarta terdapat dua tempat yang biasa digunakan untuk melakukan upacara ini, yakni Pantai Ngobaran Gunungkidul dan Pantai Parangkusumo Bantul. Upacara Melasti di Parangkusumo biasanya akan diikuti lebih banyak umat dibandingkan dengan Melasti di Pantai Ngobaran, hal ini dikarenakan lokasi Parangkusumo yang lebih dekat dengan Kota Yogyakarta.

Makna Upacara Melasti / Mekiyis 

     Makna Upacara melasti yakni proses pembersihan lahir batin manusia dan alam, dengan jalan menghayutkan segala kotoran menggunakan air kehidupan. Oleh karena itu prosesi sembahyang dilakukan di sumber-sumber air. Dilaksanakan selambat-lambatnya menjelang sore. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar Umat Hindhu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.

Tujuan Upacara Melasti 


     Tujuan dari upacara ini adalah untuk penyucian diri. Dalam upacara Melasti menurut Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti tersebut.

1. Pertama untuk mengingatkan umat agar meningkatkan terus baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).

2. Kedua peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).

3. Ketiga untuk membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).


4. Keempat dengan bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).

Dengan melakukan empat hal itu barulah manusia berhak mendapatkan sari-sari kehidupan di bumi ini (amet sarining amerta ring telenging segara). Kalau eksistensi cuaca teratur sesuai dengan hukum Rta maka laut akan senantiasa berproses menciptakan mendung. Dari mendung itulah akan turun hujan. Hujan yang turun itu kalau disambut di muka bumi ini oleh ibu pertiwi dengan hutannya yang memadai maka kebutuhan air untuk berbagai keperluan hidup akan senantiasa teratur keberadaannya. Dalam Bhagawad Gita III.14 dinyatakan bahwa air hujan itu adalah Yadnya alam kepada semua makhluk penghuni bumi ini.

Tempat dan Waktu pelaksanaan

     Upacara Melasti biasa dilangsungkan di Pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada pukul 13.00 – 18.00 WIB

Akses

Akses Jalan Parangtritis yang membentang dari Kota Yogyakarta hingga Pantai Parangtritis menjadi jalur utama yang bisa dilewati oleh wisatawan guna mencapai Pantai Parangkusumo. Jalan raya yang mulus dan datar ini dapat dilewati dengan moda transportasi apapun. Mulai dari sepeda motor, mobil, truk, hingga bus pariwisata berukuran besar. Wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat naik bus umum jurusan Jogja-Parangtritis.

Harga Tiket 

     Untuk mengikuti prosesi Upacara Melasti atau hanya sekedar menjadi penonton, Anda tidak perlu membayar. Namun, berhubung Upacara Melasti dilaksanakan di Pantai Parangkusumo, maka Anda harus membayar tiket masuk kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ini sebesar Rp 5.000,00 per orang. Bagi wisatawan yang naik bus umum, Anda tidak perlu membayar tiket masuk, karena bus umum tidak akan ditarik retribusi.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

     Wisatawan yang mengikuti prosesi Upacara Melasti tidak akan mendapatkan fasilitas apapun dari pihak penyelenggara. Namun Anda jangan khawatir, di sekitar Pantai Parangkusumo dan Pantai Parangtritis terdapat banyak penginapan yang dapat disewa oleh wisatawan yang ingin menginap. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat banyak rumah makan, kios-¬kios souvenir dan oleh¬oleh, serta kamar mandi umum. Fasilitas lain yang dikelola oleh pemerintah adalah menara pengawasa, pos keamanan, dan tim SAR.

Catatan Kritis dan Penilaian Pribadi Penulis

     Saya memiliki cacatan kritis dari Acara Seni Pertunjukan keagamaan Melasti di pantai Parangkusumo ini dalam hal penyelenggara acara nya. Menurut saya acara pada tahun ini terlalu lama, dikarenakan para umat dan penonton umum harus menunggu datang nya bapak Bupati Bantul yang juga diundang untuk menghadiri acara tersebut. Saya pun mengapresiasi kehadiran pemerintah dalam hal ini Bupati karena telah hadir dalam acara ini, di tahun-tahun sebelumnya tidak ada wakil dari pemerintah yang bersedia menghadiri acara ini.

     Selanjutnya dalam hal keamanan sekitar pada saat acara tersebut berlangsung. Menurut saya petugas keamanan di acara tersebut kurang personil dibandingkan dengan jumlah penonton umum yang hadir di acara tersebut sehingga mengakibatkan ketidaktertiban masyarakat seperti kurang adanya ketegasan dari para personil keamanan mengenai batasan wilayah antara pengunjung dengan area ritual.

     Tetapi secara keseluruhan acara Melasti ini menurut saya sudah terlaksana dengan lancar dan semoga upacara ini tetap dilestarikan hingga turun-temurun.

Sumber : 
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/meraih-kesucian-diri-menjelang-nyepi-dalam-upacara-melasti
http://jogjatrip.com/id/788/Upacara-Melasti-di-Parangkusumo
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/kesenian-di-indonesia-pengertian-seni-macam-macam-rupa-sastra-pertunjukan.html\
http://catatanradiograf.blogspot.co.id/2010/03/upacara-melsti-mekiyis-dalam-perayaan.html

Photo taken by :
https://www.instagram.com/christo.boy/




Selasa, 02 September 2014

MUSEUM BENTENG VREDEBURG


 

Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk memata-matai atau mengawasi pergerakan Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Museum ini memiliki luas kurang lebih 2100 meter persegi  mempunyai beberapa koleksi antara lain:
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, patung dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang mempunyai arti "Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 - 1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng Perdamaian".

JAM BUKA
Selasa - Jumat: 08.00 - 16.00 WIB
Jumat - Sabtu: 08.00 - 17.00 WIB
Hari Senin dan hari libur nasional, tutup.

TIKET MASUK
Dewasa: Rp.3.000,00
Anak-anak: Rp.1.000,00

 FASILITAS
- Perpustakaan
- Ruang Pertunjukan
- Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan dan Pertemuan
- Audio Visual & Ruang Belajar Kelompok
- Hotspot gratis
- Pemandu
- Ruang Tamu
- Mushola
- Kamar mandi
- Indische Koffie

Sumber: http://gudeg.net/id/directory/12/49/Museum-Benteng-Vredeburg-Yogyakarta.html#.VAW7evIs7Q0
 

KESENIAN JATHILAN

Jathilan adalah kesenian khas Yogyakarta yang dikenal juga sebagai Jaran Kepang atau Kuda Lumping Dengan anyaman bambu yang dibuat menyerupai kuda, Jathilan dipertunjukkan umumnya pada siang dan sore hari oleh sekelompok seniman yang terdiri dari penari dan penggamel (pemain gamelan).

Dahulu, Jathilan merupakan sebuah tarian ritual untuk memeanggil roh kuda dan meminta keamanan desa serta keberhasilan panen. Menurut perannya dalam masyarakat Jawa, kuda melambangkan kekuatan, kepatuhan, dan sikap pelayanan dari kelas pekerja. Hal inilah yang menginspirasi seluruh pertunjukan Jathilan yang menempatkan penari dengan kuda-kudaan sebagai pusat perhatian

Masyarakat lebih mengenal tarian ini sebagai sebuah tarian yang identik dengan unsur magis dan kesurupan. Pada tarian aslinya, para penari Jathilan menari secara terus-menerus sambil berputar-putar hingga salah satu dari mereka mengalami trance atau semacam kesurupan. Penari ini akan meraih apa saja yang ada di depannya, termasuk pecahan kaca, memakan rumput, mengupas kelapa dengan gigi dan adegan-adegan yang kelihatan tidak masuk akal lainnya. Penari mengunyah kaca seperti kudapan yang enak dan nikmat. Bagi sebagian penonton, adegan trance ini yang menjadi tontonan mengasyikkan. .

 Sumber : - http://dijogja.wordpress.com/2009/07/29/jathilan-seni-marjinal-di-tepi-jaman/


CANDI IJO

Candi Ijo merupakan candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut..Dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo  Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.

Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.


Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Terdapat lingga dan yoni pada candi utama, yang melambangkan kesuburan. Lambang tersebut hanya ada pada candi Hindu. 

Tiket masuk Candi Ijo dan Informasi pengunjung :
  • Tiket masuk Gratis atau sumbangan sukarela untuk biaya perawatan
  • Candi ini dapat dikunjungi pada 7:30-15:00 WIB
  • Kenakan sepatu kets atau sepatu yang nyaman karena Anda akan mendaki bukit .
  • Membawa air atau makanan ringan dan sun block karena warung jarang ditemukan .

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ijo/


CANDI RATU BOKO



Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana Ratu Boko Terletak di bukit Boko di atas ketinggian 195.75 DPL dengan luas sekitar 160.898 m2. Dengan koordinat 7.771°LS 110.491°BT persis berada di dusun Samberwatu (Desa Sambirejo) dan dusun Dawung (Desa Bokoharjo) kecamatan Prambanan, Kab Sleman, Provinsi Jogjakarta. Istana ratu Boko banyak di jumpai peninggalan arkeologi seperti gapura istana, ruang pembakaran, pemandian, dan arca.  Beberapa situs candi yang melingkari sekitar Istana ratu Boko tersebat di sisi selatan dan barat bukit, seperti candi Ijo, Candi Baron, dan Candi Miri.  Secara arkeologi, Istana Ratu Boko dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu istana sebelah bukit barat dan timur. Komplek yang berada di sebelah barat berupa jalan setapak, saluran air, kolam-kolam dan fragmen gerabah baik lokal maupun asing.

 Secara historis, diperkirakan istana ratu Boko ini merupakan peninggalan yang bercorak hindu dan budha yang di bangun sekitar abad ke 8 hingga ke 9 masehi. Tiket ke istana ratu Boko cukup murah, tiap orang hanya membayar sebesar Rp. 25.000,- (dewasa), dan anak-anak Rp. 10.000,- belum temasuk parkir.

Untuk mencapai Istana ratu Boko tidaklah sulit, apabila Petualang memulai dari arah Solo atau Klaten pastikan untuk sampai di candi Prambanan, lalu ke barat menuju pasar Prambanan. Setelah itu Petualang bergerak menuju selatan ke arah Piyungan. Sekitar 5 menit perjalanan, lihat penunjuk arah parkir candi Boko. Bagi yang melewati jogja bisa menuju arah timur dahulu ke arah Prambanan lalu sebelum sampai candi prambanan (pertigaan pasar Prambanan) silakan untuk belok kanan menuju piyungan. Kalau petualang hafal jalan jogja bisa juga langsung menerobos melewati Berbah.

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ratu-boko/

SENDRATARI RAMAYANA

Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta.

Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada Candi Prambanan. Seperti yang banyak diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat di candi Hindu tercantik mirip dengan cerita dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.

Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas.

Di Yogyakarta, terdapat dua tempat untuk menyaksikan Sendratari Ramayana. Pertama, di Purawisata Yogyakarta yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton Yogyakarta. Di tempat yang telah memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2002 setelah mementaskan sendratari setiap hari tanpa pernah absen selama 25 tahun tersebut. Tempat menonton lainnya adalah di Candi Prambanan, tempat cerita Ramayana yang asli terpahat di relief candinya.

Tiket
Rp 350.000 (VIP)
Rp 250.000 (Kelas spesial)
Rp 175.000 (Kelas 1)
Rp 100.000 (Kelas 2)
Pertunjukan mulai
Pk 19.30 - 21.30 WIB

Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/ramayana-ballet/

Popular Posts

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

To get the latest update of me and my works

>> <<